TUGAS 1
Nama : Muhammad Gufron Rasyidi
NPM : 18211712
Kelas : 3EA04
Materi 1
PENALARAN
1.Pengertian Penalaran
Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk
menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai ada suatu
simpulan.Data atau fakta yang akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak
benar.Disinilah letaknya kerja penalaran.orang akan menerima data dan fakta
yang benardan tentu saja akan menolak fakta yang belum jelas kebenarannya.data
yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus
berbentukkalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut proposisi.
2.Proposisi
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara
subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap
dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kaliimat Tanya,kalimat
perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi .
Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi
kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi
kalimat berita yang netral.
Jenis-Jenis Proposisi
Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :
1. Berdasarkan bentuk
2. Berdasarkan sifat
3. Berdasarkan kualitas
4. Berdasarkan kuantitas
Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu
predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras.
• Setiap pemuda adalah calon pemimpin.
b) Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek
dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
• Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
• Paman bernyanyi dan menari.
Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:
a) Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan
predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.
Contoh:
• Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
• Semua daun pasti berwarna hijau.
b) Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di
dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2
jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.
Contoh proposisi kondisional:
• jika hari mendung maka akan turun hujan
Contoh proposisi kondisional hipotesis:
• Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.
Contoh proposisi kondisional disjungtif:
• Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.
Berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis,
yaitu:
a) Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya
persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.
Contoh:
• Semua dokter adalah orang pintar.
• Sebagian manusia adalah bersifat sosial.
b) Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat
tidak mempunyai hubungan.
Contoh:
• Semua harimau bukanlah singa.
• Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
Berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis,
yaitu:
a) Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh
subjek.
Contoh:
• Semua gajah bukanlah kera.
• Tidak seekor gajah pun adalah kera.
b) Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari
sebagian subjeknya.
Contoh:
• Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
• Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.
3.Inferensi dan Implikasi
Metode inferensi adalah mekanisme berfikir dan pola-pola penalaran yang
digunakan untuk mencapai suatu kesimpulan. Metode ini akan menganalisa masalah
tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban atau kesimpulan yang terbaik.
Penalaran dimulai dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan
dengan fakta-fakta yang ada.
Contoh metode inferensi :
Pada suatu hari, Anda hendak pergi kuliah dan baru sadar bahwa Anda
tidak memakai kacamata. Setelah diingat-ingat, ada beberapa fakta yang Anda
yakini benar :
Jika kacamataku ada di meja dapur, aku pasti sudah melihatnya ketika
mengambil makanan kecil.
Aku membaca buku pemrograman di ruang tamu atau aku membacanya di
dapur.
Jika aku membaca buku pemrograman di ruang tamu, maka pastilah kacamat
kuletakkan di meja tamu.
Aku tidak melihat kacamataku ketika aku mengambil makanan kecil.
Jika aku membaca majalah di ranjang, maka kacamataku kuletakkan di meja
samping ranjang.
Jika aku membaca buku pemrograman di dapur, maka kacamata ada di meja
dapur.
Berdasar fakta tentukan di mana letak kacamata ?
Jawab :
Pernyataan dengan symbol-simbol logika :
p : kacamata ada di meja dapur
q : aku melihat kacamataku ketika mengambil makanan kecil
r : aku membaca buku pemrograman di ruang tamu
s : aku membaca buku pemrograman di dapur
t : kacamata kuletakkan di meja tamu
u : aku membaca majalah di ranjang
v : kacamata kuletakkan di meja samping ranjangFakta dapat ditulis :
1. p → q
2. r v s
3. r → t
4. ~q
5. u → v
6. s → p
Inferensi yang dapat dilakukan
1. p → q 3. r v s
~p ___~q r__ ~s
2. s → p 4. r → t
~s__~p r___t
Kesimpulan : Kacamata ada di meja tamu
Implikasi adalah Pernyataan majemuk yang menggunakan kata hubung
“Jika….maka….” disebut Implikasi, pernyataan bersyarat, kondisional
atauhypothesical dengan notasi
p => q
Dibaca :
jika p maka q
q jika p
p adalah syarat cukup untuk q atau
q adalah syarat perlu untuk p
4.wujud evidensi
Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau
informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan
yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi
berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan
oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya di masukkan dalam pengertian data
(apa yang diberikan) dan infromasi (bahan keterangan). Pada dasarnya semua data
dan informasi harus diyakini dan diandalkan kebenarannya. Untuk itu penulis
atau pembicara harus mengadakan pengujian atas data dan informasi tersebut,
apakah semua bahan keteraangan itu merupakan fakta.
Fakta adalah sesuatu yang sesungguhnya terjadi, atau sesuatu yang ada
secara nyata. Bila seorang mengatakan bahwa ia telah melihat kapal musuh
mendarat di sebuah pantai yang sepi, itu baru merupakan informasi.
Ada kemungkinan bahwa bisa terjadi kesalahan dalam evidensi itu. Dalam
hal ini pembela akan mengajukan evidensi yang lain dengan mengatakan bahwa
seorang yang lain telah mencuri pisau itu dan telah mempergunakannya untuk
melakukan pembunuhan. Secara diam-diam pisau itu dikembalikan dan tanpa sadar
telah dipegang oleh pemiliknya itu. Fakta-fakta yang dipergunakan sama, hanya
proses penalaran yang disusun berdasarkan fakta-fakta itu berlainan.
5.Cara menguji data
a. Observasi
Fakta-fakta yang diajukan sebagai evidensi mungkin belum memuaskan
seorang pengarang atau penulis. Untuk lebih meyakinkan dirinya sendiri dan
sekaligus dapat menggunakannya sebaik-baiknya dalam usaha meyakinkan para
pembaca, maka kadang-kadang pengarang merasa perlu untuk mengadakan peninjauan
atau observasi singkat untuk mengecek data atu informasi itu.
Tiap pengarang atau penulis harus mengadakan pengujian lagi dengan
mengobservasi sendiri data atau informasi itu. Sesudah mengadakan observasi,
pengarang dapat menentukan sikap apakah informasi atau data itu sesungguhnya
merupakan fakta atau tidak, atau barangkali hanya sebagian saja yang benar
sedangkan sebagian lain hanya didasarkan pada perasaan dan prasangka para
informan.
b. Kesaksian
Keharusan menguji data dan informasi, tidak selalu harus dilakukan
dengan observasi. Kadang-kadang sangat sulit untuk mengharuskan seseorang
mengadakn obeservasi atas obyek yang akan dibicarakan. Kesulitan itu terjadi
karena waktu, tempat, dan biaya yang harus dikeluarkan. Untuk mengatasi hal itu
penulis atau pengarang dapat melakukan pengujian dengan meminta kesaksian atau
keterangan dari orang lain, yang tidak mengalami sendiri atau menyelidiki
sendiri persoalan itu.
Demikian pula halnya dengan semua pengarang atau penulis. Untuk
memperkuat evidensinya, mereka dapat mempergunakan kesaksian-kesaksian orang
lain yang telah mengalami sendiri perisitiwa tersebut.
c. Autoritas
Cara ketiga yang dapat dipergunakan untuk menguji fakta dalam usaha
menyusun evidensi adalah meminta pendapat dari suatu autoritas, yakni pendapat
dari seorang ahli, atau mereka yang telah menyelidiki fakta-fakta itu dengan
cermat, memperhatikan semua kesaksian, menilai semua fakta kemudian memberikan
pendapat mereka sesuai dengan keahlian mereka dalam bidang itu.
6.Cara Menguji Fakta
a. Konsistensi
Dasar pertama yang dipakai untuk menetapkan fakta mana yang akan
dipakai sebagai evidensi adalah kekonsistenan. Sebuah argumentasi akan kuat dan
mempunyai tenaga persuasif yang tinggi, kalau evidensi-evidensinya bersifat
konsisten, tidak ada satu evidensi bertentangan atau melemahkan evidensi yang
lain.
b. Koherensi
Dasar kedua yang dapat dipakai untuk mengadakan penilaian fakta mana
yang dapat dipergunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta
yang akan digunakan sebagai evidensi adalah masalah koherensi. Semua fakta yang
akan dipergunakan sebagai evidensi harus pula koheren dengan
pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang
berlaku. Bila penulis menginginkan agar sesuatu hal dapat diterima, ia harus meyakinkan
pembaca bahwa karena pembaca setuju atau menerima fakta-fakta dan jalan pikiran
yang menemukakannya, maka secara konsekuen pula pembaca harus menerima hal
lain, yaitu konklusinya.
7.Cara Menilai Autoritas
a. Tidak Mengandung Prasangka
dasar pertama yang perlu diketahui oleh penulis adalah bahwa pendapat
autoritas sama sekali tidak boleh mengandung prasangka. Yang tidak mengandung
prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil eksperimental
yang dilakukannya. Pengertian tidak mengandung prasangka juga mencakup hal
lain, yaitu bahwa autoritas itu tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi dari
data-data eksperimentalnya.
b. Pengalaman dan Pendidikan Autoritas
dasar kedua yang harus diperhitungkan penulis untuk menilai pendapat
suatu autoritas adalah menyangkut pengalaman dan pendidikan autoritas.
Pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam
kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya
tadi.
Walaupun jaman kita ini sudah begitu condong atau cenderung dengan
berbagai macam spesifikasi, namun kita tidak boleh mengabaikan keahlian
seseorang dalam beberapa macam bidang tertentu.
c. Kemashuran dan Prestise
faktor ketiga yang harus diperhatikan oleh penulis untuk menilai
autoritas adalah meneliti apakah pernyataan atau pendapat yang akan dikutip
sebagai autoritas itu hanya sekedar bersembunyi di balik kemashuran dan
prestise pribadi di bidang lain.
Sering terjadi bahwa seseorang yang menjadi terkenal karena prestise
tertentu, dianggap berwenang pula dalam segala bidang. Seorang yang menjadi
terkenal karena memperoleh lima medali emas berturut-turut dalam pertandingan
lomba lari jarak lima ribu meter, diminta pendapatnya tentang cara-cara
pemberantasan korupsi.
d. Koherensi dengan Kemajuan
hal keempat yang perlu diperhatikan penulis argumentasi adalah apakah
pendapat yang diberikan autoritas itu sejalan dengan perkembangan dan kemajuan
jaman, atau koheren dengan pendapat atau sikap terakhir dalam bidang itu.
Pengetahuan dan pendapat terakhir tidak selalu berarti bahwa pendapat
itulah yang terbaik. Tetapi harus diakui bahwa pendapat-pendapat terakhir dari
ahli-ahli dalam bidang yang sama lebih dapat diandalkan, karena
autoritas-autoritas semacam itu memperoleh kesempatan yang paling baik untuk
membandingkan semua pendapat sebelumnya, dengan segala kebaikan dan
keburukannya atau kelemahannya, sehingga mereka dapat mencetuskan suatu
pendapat yang lebih baik, yang lebih dapat dipertanggung jawabkan
Sebab itu untuk memberi evaluasi yang tepat terhadap autoritas yang
dikutip, pengarang harus menyebut nama autoritas, gelar, kedudukatif, dan
sumber khusus tempat kutipan itu dijumpai. Bila mungkin penulis harus mengutip
setepat-tepatnya kata-kata atau kalimat autoritas tersebut.
Untuk memperlihatkan bahwa penulis sungguh-sungguh siap dengan
persoalan yang tengah diargumentasikan, maka sebaiknya seluruh argumentasi itu
jangan didasarkan hanya pada satu autoritas.
PERTANYAAN
1.suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai ada suatu simpulan , adalah pengertian dari ???
A.penalaran *
B.observasi
C.proposisi
D.inferensi
E.implikasi
2.berikut yang merupakan cara menguji sebuah data adalah?
A.analisa
B.observasi *
C.koherensi
D.konsistensi
E.inferensi
3.Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan, kecuali ?
A. Berdasarkan bentuk
A.penalaran *
B.observasi
C.proposisi
D.inferensi
E.implikasi
2.berikut yang merupakan cara menguji sebuah data adalah?
A.analisa
B.observasi *
C.koherensi
D.konsistensi
E.inferensi
3.Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan, kecuali ?
A. Berdasarkan bentuk
B. Berdasarkan sifat
C. Berdasarkan kualitas
D. Berdasarkan kuantitas
E. Berdasarkan pengetahuan *
4.berikut yang merupakan metode implikasi
A.p → q 3. r v s
E. Berdasarkan pengetahuan *
4.berikut yang merupakan metode implikasi
A.p → q 3. r v s
B.~p ___~q r__ ~s
C.s → p 4. r → t
D.p => q *
5.Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
5.Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari sebagian subjeknya.
Contohnya , kecuali :
A.Semua harimau bukanlah singa.
B.Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
A.Semua harimau bukanlah singa.
B.Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
C.Sebagian mahasiswa gemar olahraga.*
D.Semua badak bukanlah kelelawar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar